Review Novel Nona Teh dan Tuan Kopi: Arkais



Judul Buku : Arkais
(Nona Teh dan Tuan Kopi)
Penulis :Crowdstroia
Penerbit : KataDepan
Penyunting : Gita Romadhona & Adhista
Tahun terbit : Cetakan Pertama, September 2018
Tebal : vi + 378 Halaman

 ISBN : 978-602-5713-68-2

arkais /ar.ka.is/ a 1 berhubungan dengan masa dahulu



BLURB

Pekatnya kopi, seolah dalam tiap cangkir menciptakan cerita yang tak tertebak. Sama seperti dalam silamnya masa lalu Regen – si Tuan Kopi. Namun, berhadapan kembali dengan gelapnya masa lalu tak lantas membuatnya berubah pikiran untuk hidup bersama Varsha, si Nona Teh. Baginya Varsha adalah alasan untuk tetap terjaga dari mimpi buruk.

Sepatnya secangkir teh membawa aroma tak terduga dalam tiap cangkir yang tertuang. Seperti yang Varsha temui dalam perjalanan mengenal Regen. Kebetulan-kebetulan yang merangkai cerita membawanya pada pertanyaan.

Bagaimana jika menjadi alasan seseorang untuk bahagia ternyata tak segampang yang dia duga?

Bagaimana jika alasan yang kau punya untuk bahagia ternyata hanya sekedar fana?

Ketika Nona Teh memberi ultimatum yang membuat hati Tuan Kopi kembali patah. Ketika kebetulan ternyata tak membawa akhir bahagia. Apa yang harus Tuan Kopi lakukan untuk melanjutkan hidupnya?

***------*****------*****------****-----******

SINOPSIS

Arkais sendiri artinya adalah berhubungan dengan masa lalu. Jika di novel Parak menggunakan sudut pandang si tokoh wanita yaitu Varsha Kalamatari, untuk novel Arkais sudut pandang diceritakan dari tokoh laki-laki yaitu Regen Argentara. 

Kisah Arkais diawali dengan masa lalu Regen.
Ternyata Regen kecil memiliki kehidupan yang jauh dari kata bahagia, saat hamil Regen ayahnya pergi meninggalkan ibunya. Praktis Regen tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, pun ibu kandungnya saat Regen sudah lahir, karena alasan pekerjaan pergi meninggalkan Regen.

Regen kecil diasuh oleh oma dan bibinya. Tumbuh dalam kondisi kurang kasih sayang dari orang tua dan penuh caci maki dari keluarganya, menjadikan Regen tidak seperti anak kecil pada umumnya, inilah yang menjadi latar belakang mengapa hingga usianya menjelang 40 tahun Regen belum juga menikah

Saat keluarganya tidak ada yang peduli terhadap Regen kecil, justru orang yang paling memikirkan nasib Regen adalah Hariawan Argentara  yang merupakan laki-laki asli Indonesia yang menikah dengan Griselda, bibi dari Regen. Hariawan Argentara atau yang akrab disapa Awan, sejak pertama melihat Regen, Awan merasa ada yang tidak beres dari diri Regen. Ditambah dengan cerita Griselda dan melihat bagaimana perlakuan sang oma yang merupakan mertuanya terhadap Regen. Dari situ kepedulian Awan muncul, dan ia bertekad untuk menyembuhkan Regen sekalipun resiko yang ia hadapi besar.

Regen lahir dan besar di Jerman, sejak lahir ia tak pernah mengenal kedua orangtua kandungnya. Kepedulian Awan untuk kesembuhan Regen membawanya mengenal sosok Hartanti Sadewi, wanita asal Indonesia yang sedang melakukan sebuah penelitian di Jerman.

Hartanti merupakan ibu kandung dari Varsha Kalamatari. Varsha dan Regen untuk pertama kalinya bertemu saat Varsha menjadi pegawai baru di tempat Regen bekerja (ada dalam novel Parak). Padahal pertemua Varsha dan Regen di kantor bukanlah pertemuan pertama mereka, mereka berdua tidak pernah mengetahui kalau sebelumnya secara tidak sengana mereka pernah bertemu. Semua terlihat seperti kebetulan. Kebetulan-kebetulan yang mereka alami membawa mereka ke dalam satu takdir yang mempertemukan mereka

Lalu apa sebetulnya yang dialami Regen?
Mampukan Awan menyembuhkan Regen?
lewat novel Arkais semua ada jawabannya

REVIEW

Novel Arkais merupakan salah satu novel yang memancing rasa penasaran saya untuk membacanya, selain itu Arkais merupakan sekuel/buku kedua dari serial Nona Teh dan Tuan Kopi. Novel pertamanya berjudul Parak, justru saat ke toko buku yang saya temukan pertama adalah Arkais, sedangkan yang Parak saya beli melalui toko buku online. Kalian pasti bertanya-tanya sama seperti saya yang baru mengetahui bahwa kedua buku ini merupakan serial yang saling berkaitan, bisa nggak kalau baca Arkais aja tanpa harus membaca Parak terlebih dahulu.

Jika boleh saya sarankan lebih baik sebelum baca Arkais, baca dulu Parak. Kenapa? Karena menurut saya novel Arkais ini isinya merupakan jawaban-jawaban dari semua pertanyaan yang terlintas di kepala saat membaca Parak. Isi novelnya juga tidak terlepas dari Parak.

Belakangan saya baru tahu kalau novel ini sebelum terbit versi cetak, pernah dipublikasikan di wattpad. Sebagai pembaca saya merasakan perbedaan saat membaca Arkais, dibandingkan saat membaca Parak, Arkais terasa lebih rapi alurnya. Wajar aja sih karena saat menulis Arkais usia penulis juga lebih matang, inget kan kalau penulis masih berusia 18 tahun saat menulis Parak.

Sudut pandang dalam novel ini adalah Regen, maka dalam novel ini tokoh Regen terekspose dengan baik. Sisi lain dari Regen yang tidak ada dalam novel Parak terkuak semua dalam novel ini. Arkais juga membuka sisi lain dari Regen, jika di Parak digambarkan kalau Regen itu kaku, dingin, penuh wibawa, dan irit ngomong. Maka dalam novel Arkais kita bisa merasakan perbedaan karakter Regen yang lebih bersahabat dan konyol bahkan kekanak-kanakan.

Alur yang dipakai adalah alur mundur, pada bab-bab awal menceritakan kelahiran Regen, kehidupannya saat kecil hingga Regen menetap di Indonesia

Salah satu yang unik dari novel ini adalah penulisan bab nya. Biasanya untuk memulai bagian awal bab lazimnya adalah bab 1, namun untuk novel Arkais penulisan bab nya tidak menggunakan bab 1 bahkan keterangan flashback pun nggak ada. Penulisan bab nya dimulai dari -8 (minus 8), -7, dan seterusnya hingga 0, yang menandakan bahwa telah berakhirnya cerita flashback. Lalu apakah setelah 0 berlanjut ke bab 1? Ternyata tidak, tapi langsung bab 19, yang menandakan kalian harus baca Parak terlebih dahulu 😊

Yang kurang dari novel ini adalah, mengapa penulis tak menceritakan lebih lanjut tentang nasib pernikahan kakak-kakaknya Varsha, ada sih tapi cuma sekilas. Padahal itu juga yang memengaruhi Varsha tak kunjung menikah di usianya yang menginjak kepala 3. Tapi meski begitu novel ini tetap layak untuk dibaca

Novel genre romance yang menurut saya cocok sih dibaca semua kalangan. Kalau kalian cari novel romance dengan konflik dan alur antimainstream, novel ini rekomen sekali

Pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis melalui novel ini sih kayaknya jangan mudah menghakimi seseorang yang masih memilih untuk hidup sendiri di usianya yang cukup matang. Karena kita gak pernah tau hal apa yang melatarbelakangi mereka menjadi seperti itu, toh setiap orang juga pasti mengharapka bertemu dengan jodohnya masing-masing kemudian hidup bahagia. Maka tugas kita bukan menghakimi tapi mendoakan 😇, karena jodoh akan datang di waktu yang tepat.

Rating: 💜💜💜💜💜

0 Comments