Belajar dari tokoh fiksi dalam novel Elena



Masih belum bisa move on dari novel Elena, terutama beberapa tokoh dalam novel ini. Kalau ditanya siapa tokoh favorit saya dalam novel ini tentu saya akan jawab Elena, Eugene, dan Abah. Tapi tetap saja menurut saya karakter yang paling kompleks adalah Elena. Dari seorang wanita yang terjerumus pergaulan bebas sampai bermetamorfosis menjadi wanita shalihah. Oh iya kemungkinan tulisan ini mengandung unsur SPOILER ya, jadi bagi yang gak suka spoiler bisa berhenti sampai disini 😊


Sebelumnya saya mau mengucapkan terimakasih kepada Mba Ellya Ningsih yang sudah menulis novel ini. Karena gak banyak ya novel islami bergenre romance tapi Mba Ellya berhasil melakukannya 🎉, ditunggu karya-karya selanjutnya 😊
Seperti yang sudah saya tulis diatas bahwa dalam novel ini ada 3 tokoh yang menjadi favorit saya, yaitu: Elena, Eugene, dan Abah. Mari kita bahas satu-persatu

Elena
Ibarat kupu-kupu tokoh inilah yang paling sempurna metamorfisnya, dari seorang gadis yang jauh dari agama sampai akhirnya hijrah menjadi lebih baik. Hanya saja di jalan hijrahnya banyak sekali batu sandungan yang harus dilaluinya. Saya belajar banget arti kesabaran dari tokoh Elena. Kalau yang sudah baca novelnya pasti tau donk apa yang terjadi setelah Elena melahirkan anak pertamanya. Tau kan...? Okelah kalau gak tau saya kasih tau ya. Jadi gini Elena itu kan dijodohkan oleh Ibnu, lelaki yang menurut orang tuanya sholeh. Terpaksa menjalani kehidupan pernikahannya membuat Elena diam-diam sering bertemu dengan Eugene sampai akhirnya mereka berdua melakukan perbuatan dosa. Dari situ Elena merasa sangat bersalah dan menyesal telah mengkhianati suaminya, buah dari penyesalannya itu adalah Elena mulai membuka hati untuk sang suami. Apakah berhasil? Ya, lumayan berhasil sampai Elena dinyatakan positif hamil. Tapi bukannya sumringah seperti kebanyakan wanita yang sudah bersuami, Elena justru galau karena dia bingung buah cinta siapakah yang ada dalam rahimnya. Akhirnya terjawab sudah saat anak pertamanya lahir. Dihari pertamanya setelah melahirkan Elena langsung menerima marah sang suami, bahkan berbulan-bulan kemudian tidak pernah disentuh layaknya seorang istri.

Belum selesai sampai disitu cobannya, tiba-tiba suaminya meminta izin untuk poligami 😱 dengan ikhlas Elena mengijinkan bahkan ikut serta dalam mempersiapkan pernikahan suaminya. Disini saya berpikir qo bisa ya Elena kuat banget menjalani kehidupannya. Ya iyalah namanya juga novel 😂. Tapi lagi-lagi saya belajar tentang keikhlasan kita dalam menerima takdir dari Allah, kita gak pernah tahu ya episode hidup kita seperti apa, tapi jika kita ikhlas insya Allah apa pun yang sudah Allah tetapkan akan mudah untuk dijalani. Seperti tokoh Elena ini, dia percaya bahwa takdir Allah adalah yang terbaik.

Elena juga mengajarkan bahwa jalan hijrah itu tidak mudah karena surga itu mahal. Terbukti saat Elena memutuskan untuk berhijab dan mulai melupakan cinta lamanya, ujian pun datang bertubi-tubi.

Baca Juga Review Novel Elena

Abah
Dalam novel ini Abah memang bukan orang tua kandung Elena, Abah itu adalah mertuanya Ibnu dari istrinya yang sudah meninggal. Jadi Ibnu ini waktu nikah sama Elena statusnya adalah duda.
Sejak masih baca Elena di FB saya emang udah favorit sama tokoh Abah, meski bukan tokoh sentral dalam novel ini, namun hadirnya sosok Abah bagaikan hujan di siang hari? Maksudnya adeem...😁
Abah selalu hadir dengan petuah-petuahnya yang tidak terkesan menggurui, selalu menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, tidak menuruti emosi. Jadi punya gambaran sosok orang tua yang akan membuat anak nyaman. Semoga saya pun bisa menjadi orang tua seperti tokoh Abah 

Eugene
Tokoh kedua yang menjadi favorit saya adalah Eugene, sosok laki-laki yang dicintai oleh Elena. Yang saya suka dari tokoh ini adalah, saat mengetahui kalau Al adalah anak kandungnya, dia mau merubah dirinya menjadi lebih baik menjauhi rokok dan minuman keras. Selain itu sikap kebapakannya juga terasa banget saat sedang bersama Al. Apalagi ketika pada akhirnya Eugene memilih untuk memperdalam agama Islam dan menjadi mualaf.

Itulah ketiga tokoh favorit saya dalam novel Elena, kalau ada yang tanya siapa tokoh yang nyebelin disini, saya akan jawab Ibnu, orang tuanya Elena, dan orang tuanya Ibnu 😂 setidaknya berikut adalah beberapa alasan saya gak suka sama tokoh-tokoh tersebut:

Ibnu
  • Awalnya saya simpatik dengan tokoh ini karena mau membimbing Elena dengan jalan menikahinya meski keduanya belum saling mencintai. Tapi saya mulai sebal sama tokoh ini saat masalah mulai muncul, yaitu saat Ibnu tahu kalau anak yang dilahirkan oleh Elena itu bukan anak kandungnya. Dengan alasan itulah Ibnu tidak bisa memenuhi kebutuhan batin dengan istrinya. Kemudian dengan tiba-tiba minta ijin menikah lagi. Bukan sebel sama poligaminya ya...tapi alasannya dia berpoligami itu lho....😡
  • Setelah menikahi Adinda (istri keduanya) dan menyadari kalau Elena memang yang terbaik, baru deh Ibnu mengajak Elena untuk berkonsultasi tentang masalah pernikahannya dengan ahlinya. Harusnya sebelum menikah lagi ya konsul dulu
Orang tua Elena dan Ibnu
Munculnya cuma sekilas sih, tapi cukup untuk memberikan pandangan, persamaan kedua orang tua Elena dan Ibnu adalah sama-sama lepas tanggung jawab dalam mendidik anak. Orang tua Ibnu mengambil jalan pintas agar Ibnu taubat dengan menikahi Ibnu dan Safitri (anak kandung Abah). Sementara orang tua Elena pun sama, melepas tanggung jawab dengan jalan menikahi Elena dengan Ibnu. Padahal dasarnya pendidikan anak itu ya dari orang tuanya dulu kan😊

Mungkin itulah beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari tokoh novel Elena. Ini murni penilaian saya ya, jadi bisa saja orang lain yang juga membaca novel ini punya penilaian yang berbeda 😉

0 Comments